Pemerintah Desa Patowonua kemudian menyadari
bahwa masalah ini tidak hanya berkaitan dengan konsumsi, tetapi juga peluang
ekonomi. Potensi besar masyarakat desa yang memiliki semangat gotong royong
serta ketersediaan lahan dan sumber pakan alami menjadi modal berharga untuk
membangun program ketahanan pangan berbasis ternak unggas, khususnya budidaya
ayam petelur.
“Tahun
2025, Anggaran Rp. 226.847.200, dimana sewa
lahan Rp. 20.000.000, pembuatan
Kandang Rp. 74.000.000, bibit ayam, pakan dan kebutuhan lainya Rp. 132.847.000,” ungkapnya.
Pada
awal tahun 2024, melalui forum Musyawarah Desa (Musdes), muncul ide untuk
mengembangkan Program Ketahanan Pangan Ayam Petelur. Ide ini berawal dari
pengalaman kelompok ibu rumah tangga yang sebelumnya menjalankan usaha kecil
olahan makanan, tetapi terkendala pasokan telur yang mahal.
Menurutnya, dalam musyawarah tersebut, Kepala Desa Patowonua bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), perangkat desa, serta tokoh masyarakat
sepakat bahwa sebagian Dana Desa tahun berjalan dialokasikan untuk sektor
ketahanan pangan, khususnya melalui pengadaan ayam petelur. Program ini diberi
nama 'Ketahanan Pangan Berbasis Ternak Ayam Petelur Patowonua', dengan tujuan
utama: meningkatkan ketersediaan bahan pangan sumber protein hewani,
menumbuhkan ekonomi produktif masyarakat, dan mendorong kemandirian pangan desa
secara berkelanjutan.
Pelaksanaan
program dimulai pada pertengahan tahun 2025. Dana Desa dialokasikan untuk
beberapa komponen utama, antara lain pembangunan kandang ayam petelur berukuran
20x40 meter dengan kapasitas 1.000 ekor, pengadaan bibit ayam petelur sebanyak
1.000 ekor usia 16 minggu, penyediaan pakan, vitamin, dan peralatan pendukung,
serta pelatihan teknis oleh penyuluh peternakan.
Pada tahap awal, kelompok menghadapi beberapa kendala teknis seperti
penyesuaian lingkungan kandang dan penyakit ringan pada ayam. Namun, berkat
pendampingan intensif dan semangat belajar para anggota, perlahan-lahan semua
tantangan dapat diatasi. Kegiatan harian di kandang dilakukan secara bergilir
oleh anggota kelompok, dimulai dari pagi untuk memberi pakan dan membersihkan
kandang, dilanjutkan dengan pengambilan telur dua kali sehari.
Memasuki
bulan ketiga, produksi telur mulai stabil. Rata-rata setiap hari kelompok mampu
menghasilkan 300–350 butir telur, atau sekitar 9.000 butir per bulan. Hasil ini
jauh melampaui perkiraan awal, sehingga desa memiliki stok telur yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.
Program ini memberikan dua manfaat sekaligus: pangan terpenuhi dan ekonomi
tumbuh. Masyarakat Patowonua kini lebih mudah mendapatkan telur dengan harga
terjangkau, sementara keuntungan penjualan digunakan untuk membeli pakan
tambahan dan perawatan kandang. Dari keuntungan tersebut, kelompok mampu
membentuk tabungan kelompok untuk pengembangan usaha ke depannya.
Selain
berdampak ekonomi, program ayam petelur juga membawa perubahan sosial yang
nyata. Hubungan antarwarga menjadi lebih akrab karena sering berinteraksi dalam
kegiatan kelompok. Melalui semangat kebersamaan, warga desa kini lebih percaya
diri untuk mengembangkan ide-ide baru di bidang ketahanan pangan.
Dari sisi lingkungan, limbah kotoran ayam yang semula dianggap masalah kini
justru dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk kebun sayur desa, menciptakan
siklus ekonomi sirkular sederhana.
Penerima
manfaat utama Adalah Masyarakat Desa Patowonua Secara Umum Kolaka Utara Secara
Khusus. Apalagi dapat membantu Program Makan Bergizi Gratis.
Keterlibat
Dinas Kopersi Dan PMD Untuk Kolaborasi ini penting untuk mengatasi keterbatasan
pendanaan dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.
Pengembangan
program dan jenis usaha dalam peningkatan Aksesibilitas Usaha Memperluas Jenis Usaha
yang dibudidayakan untuk mrngurangi resiko dan meningkatkan potensi
pasar,Meningkatkan hasil Telur dengan mengoptimalkan tenaga kerja yang sudah
ada.(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar